...satu peluk hangat untuk Ibu Wenny

17 May 2018


Saya tidak lagi membuka Twitter untuk cari berita beberapa hari ini. Pengeboman pada pekan lalu di Surabaya buat saya terlalu menyesakkan, terlalu banyak luapan emosi, saya putuskan untuk lihat perkembangannya lewat berita televisi aja. Itupun kalau sempat. Ini bukan soal agama lagi. Tidak perlu jadi Nasrani untuk merasa takut akan teror, tidak harus jadi Muslim untuk merasa kecewa serta marah karena pelaku melabeli dirinya Islam. 

Sampai siang kemarin saya lihat berita di TV mengenai perkembangan jumlah korban. Salah satunya merenggut dua anak laki-laki kakak beradik. Detik itu juga hati saya patah berkeping-keping. Saya ngga bisa menahan tangis melihat sang Ibu melepas dua putra tercinta. Semua emosi berkecamuk, melebur, membaur seperti lava gunung berapi yang akhirnya tumpah lewat air mata. Saya peluk Aidan dan Dastan, dua balita yang kini jadi pelipur segala lara, dua manusia yang memberi saya arti. Akhirnya saya ganti kanal TV ke acara lain karena saya ngga sanggup melihat wajah sang Ibu.

Untuk Ibu Wenny, saya juga ibu dari dua putra. Pengalaman saya masi dangkal dibandingkan ibu, si adik baru berusia 3 bulan. Untuk berempati pun saya bingung bagaimana, karena saya ngga bisa mengerti harus punya perasaan seperti apa jika kehilangan dua anak. Saya kirim pelukan hangat dari Bekasi sini ya Bu.. Ibu Wenny pasti ibu yang sangat kuat sampai Tuhan berikan takdir seperti ini. 

Selamat jalan Nathan dan Evan...
Selamat jalan anak-anak manis, semoga di surga sana ada banyak mainan, buku-buku yang bagus dan taman bermain yang luas ya

Post a Comment