[not so-called a review] Satu Dekade The Strokes

21 March 2011


Jika kita flashback 10 tahun lalu, tepatnya 2001, saat itu dunia music sedang trend dengan music yang disebut Nu-Metal. Beberapa band yang menjadi idola saat itu sebut saja Limp Bizkit atau Linkin Park contohnya (gue juga pendengar mereka koq…). The Strokes sebagai salah satu band baru bisa dibilang keluar ‘jalur’ dari trend saat itu. Mereka membawa satu aliran rock yang berbeda yang kemudian dikenal dengan nama ‘garage rock’. Entah artinya, apakah secara harfiah memang dimainkan di garasi, atau karena sound mereka yang bisa dibilang ‘mentah’, artinya musik ini seakan-akan dibawakan di satu ruang (misal garasi tadi) tanpa ada proses mixing studio. Apapun itu, The Strokes sukses membuat musik rock kembali ‘berjaya’ di awal 2000an. Dengan ‘sentuhan’ baru pastinya.

Di akhir 2003, album ke-2 mereka ‘Room On Fire’ dirilis. Dengan materi yang sedikit terdengar berbeda dengan album pertama, The Strokes membawa perubahan terutama pada sound gitar mereka. Eksplorasi yang dilakukan Nick Valensi pada rhythm gitar dan Albert Hammond pada lead gitar bisa membuat album ini terdengar unik. Misalnya track pertama album ini, ‘What Ever Happened’, cukup membuat terkejut saat pertama kali denger. Permainan gitar yang menurut gue yaa… unik tadi. Sama juga pada track ‘Reptilia’ dan ‘12:51’. Serta beberapa lagu catchy lainnya seperti ‘I Can’t Win’. Hampir Semua track terdengar begitu khas.

Januari 2006, mereka merilis ‘First Impression of the Earth’. Well, sejujurnya ini bukan album favorit gue. Sebagai penggemar, gue kecewa. Single pertama ‘Juicebox’ memang keren menurut gue, suara betotan bass oleh Nikolai Fraiture bikin gue terpana. Tapi beberapa track selanjutnya, menurut gue terasa monoton. Walau mereka tetap menyajikan musik ‘a la’ The Strokes, entah kenapa album ini terasa ‘biasa aja’ buat gue. Titik jenuh gue dengerin The Strokes mungkin pas abum ke-3 ini. Gue ga bilang semua jelek si, lagu ‘You Only Live Once’ jd lagu favorit gue banget dari semua lagu The Strokes. Cuma ya itu, album ini monoton aja.

Setelah menyelesaikan tur 2006, The Strokes mengumumkan secara resmi melalui web dan newsletter di e-mail (kebetulan gue jg langganan newsletter mereka via e-mail) kalo mereka akan ‘istirahat panjang’ sampai waktu yang belum ditentukan. Ah.. kekecewaan berat untuk para fans pastinya. Ga lama, beberapa anggota seperti Fabrizio Moretti (drummer) dan Alber Hammon Jr (gitar) bikin proyek solo mereka. Bahkan Albert sempet ngeluarin 2 album solo gitarnya. Menyusul, sang basis Nikolai Fraiture yang juga bikin band baru, Nickel Eye. Puncaknya, pada 2009, si vokalis Julian Casabalancas juga mengeluarkan album solonya. Hanya gitaris Nick Valensi yg tidak mengikuti jejak temen-temennya. Semua media juga para fans menganggap The Strokes telah bubar. Walo waktu itu, mereka juga mengumumkan sebenernya masih nge-band, namun faktanya jelas beda.

Akhirnya, sekitar akhir 2010, mereka resmi mengumumkan kalo album ke-4 mereka setelah 5 tahun lalu, akan rilis Maret 2011 (22 Maret ini!!!) Sebagai fans mereka, tentu donk gue excited banget!!! Bener-bener ga sabar.

Setelah penantian selama 5 tahun sejak album terakhir mereka “First Impression Of The Earth” tahun 2006 lalu, tentu fans The Strokes di mana pun, pasti sudah tidak sabar mendengar kejutan apa yang dibawa The Strokes pada album ini. Single pertama ‘Under Cover of Darkness’ sebenernya tidak membuat gue terkejut, terdengar sangat khas The Strokes dengan beberapa improvisasi pada gitar oleh Nick Valensi, beberapa tune yang cukup catchy, serta vocal Julian Casablancas yang lebih ‘tipis’ dibanding pada album sebelumnya. Kalo buat gue pribadi, The Strokes ‘lebih dewasa’ dibandingkan saat gue denger ‘Is This It’ sepuluh tahun lalu.

beberapa lagu memang terus terang membuat gue bilang, ‘Wow…’.Track pertama album “Angles”, ‘Machu Picchu’ Bisa dibilang cukup ‘ngeFunk’ ato semacam itulah, seperti ada sentuhan digital ditambah permainan gitar Nick Valensi yang patut diacungi jempol. Sebenernya, gue udah denger setengah dari album ini, sekitar 5 track (‘Machu Picchu’ sampai saat ini jadi track favorit gue). Dan ya, sebagai penggemar mereka sejak album Is This It, gue tentu terkejut dengan banyaknya perubahan pada music The Strokes. Namun, perubahan ini justru bikin gue semakin kagum sama mereka. The Strokes bukan tipe band yang ‘stuck’ pada satu gaya musik. Mereka tidak takut bermain pada nada-nada yang ‘tidak biasa’. The Strokes tidak ingin mengikuti pasar, mereka bermusik dengan gaya mereka sendiri.

Satu lagi, mereka punya ‘taste’ yang tinggi soal fashion. Terutama frontman Julian Casablancas dan gitaris Albert Hammond Jr, mereka tidak akan sembarangan dalam berpakaian saat manggung. Itu nilai lebih mereka menurut gue dibanding band-band lain. Hal lain yg bikin gue amat sangat kagum dengan The Strokes adalah, mereka memulai karir musik sperti band pada umumnya. Bermain di bar-bar, mengirim demo ke major label, bahkan menerima berbagai penolakan. Padahal, sebagai social elite (semua anggota The Strokes merupakan kalangan borjuis) di kota New York, uang bukan masalah untuk mereka. Namun, The Strokes memilih jalur ‘normal’, berjuang dari bawah, main di bar-bar ‘kumuh’ di NY tanpa mempedulikan status social mereka.

well, apapun itu, buat gue The Strokes tetep jadi band paling keren, ga cuma musik, tapi juga personal mereka. seperti kata seseorang, The Strokes main musik bukan karena uang, mereka ga peduli berapa kopi record yg mereka jual, mereka cuma pengen bermusik. karena mereka punya bakat yang harus 'dibagi' ke seluruh dunia.

P.S : maaf kalo tulisan di atas cenderung subjektif dan sok tahu. gue cuma fans yang juga pengen share apa yg ada di pikiran tentang band The Strokes

Read More